Eka Susanti(1), Theresia MCA(2), Nova(3), Dedik(4)
(1) (2) Dosen Program Studi S1 Teknik Sipil ITATS (3) (4) Alumni Program Studi S1 Teknik Sipil ITATS Email: [email protected]
Abstrak
Pada umumnya pelat diklasifikasikan dalam pelat satu arah dan pelat dua arah.
Pelat satu arah adalah pelat yang berdefleksi secara dominan dalam satu arah. Pelat dua arah adalah pelat yang dapat berdefleksi dalam dua arah. Berdasarkan sistemnya, pelat diklasifikan menjadi beberapa sistem pelat, diantaranya adalah sistem pelat konvensional ( pelat dua arah dengan balok-balok), sistem waffle slab (pelat tipis dengan balok-balok dua arah yang jaraknya berdekatan) dan sistem flate plate (pelat beton dengan tebal merata yang mentransfer beban secara langsung ke kolom tanpa bantuan balok). Ketiga sistem pelat tersebut memiliki kelebihan sendiri-sendiri.
Penelitian ini meninjau perbedaan ketiga sistem pelat tersebut ditinjau dari segi nilai defleksi dan penggunaan volume beton. Studi dilakukan terhadap panel lantai yang berukuran 30×30 m2. Analisis diawali dengan tebal minimum plat dan jarak maksimum antar kolom, yang memenuhi lendutan ijin maksimum. Berdasarkan tebal minimum dan jarak maksimum antar kolom dilakukan analisis dimensi dan penulangan pelat, balok dan lantai.
Hasil analisis ketiga sistem pelat tersebut adalah, untuk tebal pelat dan jarak antar kolom yang sama, dilihat dari nilai defleksi pelat, maka dapat diketahui bahwa sistem Waffle slab adalah yang paling kaku, lebih kaku 67,42% dibanding sistem pelat konvensional. Hasil analisis penulangan menunjukkan perbandingan penggunaan volume beton dan berat tulangan baja. Penggunaan volume beton untuk sistem Flate slab lebih boros 28,24% dilanjutkan oleh waffle slab 27,64% dibanding sistem pelat konvensional. Dan penggunaan tulangan baja untuk sistem waffle slab lebih boros 66,99% dilanjutkan oleh sistem Flate slab lebih boros 21,75% dibanding sistem pelat konvensional.
Kata kunci: Waffle Slab, Pelat Konvensional, Flate Plate